1. Kondisi Kekinian
Pencetus Gagasan
Pendidikan bagi anak tunadaksa adalah sekolah yang
mengkoordinasi dan mengintegrasikan siswa penyandang cacat, dari satu jalan
untuk menyiapkan pendidikan bagi anak penyandang cacat adalah pentingnya
pendidikan, tidak hanya memenuhi target pendidikan untuk semua dan pendidikan
dasar, akan tetapi lebih banyak keuntungannya tidak hanya memenuhi
hak-hak asasi manusia dan hak-hak anak tetapi lebih penting lagi bagi
kesejahteraan anak, karena pendidikan anak tunadaksa mulai dengan
merealisasikan perubahan keyakinan masyarakat yang terkandung di mana akan
menjadi bagian dari keseluruhan, dengan demikian penyandang cacat anak akan
merasa tenang, percaya diri, merasa dihargai, dilindungi, disayangi, bahagia
dan bertanggung jawab.Pendidikan anak tunadaksa akan mengubah lingkungan
sosial anak, pada keluarga, pada kelompok teman sebaya, pada sekolah, pada
institusi-institusi kemasyarakatan lainnya. Sebuah instansi atau lembaga yang
melaksanakan pendidikan anak tunadaksa berkeyakinan bahwa hidup dan belajar
bersama adalah cara hidup (way of life) yang terbaik, yang menguntungkan semua
orang, karena tipe pendidikan ini dapat menerima dan merespon setiap kebutuhan
individual anak penyandang cacat. Dengan demikian sekolah atau pendidikan menjadi
suatu lingkungan belajar yang ramah anak-anak. Pendidikan anak tunadaksa adalah
sebuah sistem pendidikan yang memungkinkan setiap anak penyandang cacat
berpartisipasi dalam kegiatan apapun tanpa mempertimbangkan kecacatan atau
karakteristik lainnya. Disamping itu pendidikan anak tunadaksa ini juga melibatkan
orang tua dalam cara yang berarti dalam berbagi kegiatan pendidikan, terutama
dalam proses perencanaaan, sedang dalam belajar mengajar, pendekatan guru
berpusat pada anak penyandang cacat ini.
2. Solusi yang Pernah Ditawarkan
Tujuh aspek yang perlu
dikembangkan pada diri masing-masing anak tunadaksa melalui pendidikan, yaitu:
Pertama, pengembangan intelektual dan akademik. Hal
ini bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan anak dalam kategori akademik yaitu
berupa pemberian pelajaran secara formal tanpa membedakan pelajaran yang harus
diterima oleh anak tunadaksa dengan anak normal. Dengan demikian, tidak ada
perbedaan intelektual antara anak tunadaksa dengan yang lain.
Kedua, membantu perkembangan fisik. Maksud dari hal
tersebut adalah agar anak tunadaksa dapat mengembangkan kondisi fisik mereka
sehingga bisa melakukan aktifitas sehari-hari sama seperti anak normal lainnya
tanpa harus merasa minder dengan kondisi mereka.
Ketiga, peningkatkan perkembangan emosi dan
penerimaan diri anak. Bagaimana anak bisa mengembangkan emosinya dan bisa
menerima segala kekurangan yang ada pada dirinya namun tidak mengurangi
semangat mereka untuk maju.
Keempat, mematangkan aspek sosial. Hal ini
dimaksudkan agar anak tunadaksa untuk dapat menjalani kehidupan sosialnya agar
dapat melakukan interaksi dan komunikasi dengan orang-orang yang ada
disekitarnya.
Kelima, mematangkan moral dan spiritual. Hal ini
bertujuan agar anak tidak menyalahkan takdir dengan kondisi yang dialaminya
sehingga tetap optimis dalam menjalani hidupnya.
Keenam, meningkatkan ekspresi diri. Dimaksudkan agar
anak dapat tetap ceria walaupun secara fisik, mereka berbeda dengan anak normal
lainnya. Kemudian anak juga bisa mengekspresikan dirinya sendiri tanpa harus
memandang kondisi fisik.
Ketujuh, mempersiapkan masa depan anak. Bagaimana
anak siap meraih masa depan yang diharapkan dengan semua pendidikan yang telah
mereka dapat sebagai bekal dasar.
3. Pihak-Pihak
yang Dipertimbangkan Dapat Membantu Pelaksanaan Gagasan
Pemerintah:
Pemerintah berfungsi sebagai pihak yang
menyediakan dana pengadaan pendidikan
bagi anak tunadaksa yang ada di lingkungan sekitar. Hal ini bertujuan agar
program pendidikan bagi anak tunadaksa dapat berjalan dengan lancar tanpa
terhambat tentang pembiayaan .
Lembaga
Swadaya Masyarakat:
Lembaga Swadaya Masyarakat, berperan dalam membantu
sosialisasi pendidikan bagi anak tunadaksa kepada masyarakat agar masyarakat
mengerti tentang tujuan dibangunnya pendidikan bagi anak tunadaksa. Selain itu
LSM juga berperan dalam pengawasan pelaksanaan pendidikan bagi anak tunadaksa
tersebut. LSM juga dapat membantu pengadaan dana untuk pembangunan sekolah bagi
anak tunadaksa melalui pihak-pihak swasta.
4. Langkah-Langkah Strategis
yang Harus Ditempuh
Langkah yang pertama yaitu membentuk tim penilai program
pendidikan bagi anak tunadaksa. Tim penilai ini dibentuk untuk menilai
bagaimana seharusnya pendidikan bagi anak tunadaksa ini dapat terlaksana dengan
baik, lancar dan tepat sasaran.
Yang kedua yaitu menilai kekuatan, kelemahan serta
minat. Kekuatan terus ditingkatkan untuk lebih mengembangkan program-program
selanjutnya. Kelemahan dijadikan motivasi dan sebagai pembelajaran untuk bisa
lebih maju dalam rencana kedepannya. Kemudian mengevaluasi minat dari anak
tunadaksa untuk mengikuti pendidikan ini.
Ketiga, mengembangkan tujuan-tujuan jangka panjang (longrange
or annual goals) dan sasaran-sasaran jangka pendek (short-term objectives).Keempat, merancang metode dan prosedur pencapaian
tujuan. Metode apa yang cocok dan tepat untuk pencapaian tujuan yang maksimal
dengan hasil yang memuaskan semua pihak.
Yang terakhir, menentukan metode evaluasi kemajuan.
Metode apa yang aka digunakan untuk mengevaluasi demi terciptanya kemajuan di
berbagai sektor.
5. Gagasan yang Diajukan
Untuk memberi pendidikan kepada anak tunadaksa,
pertama yang harus dilakukan adalah dengan mengetahui identitas anak. Hal ini
penting untuk mengetahui karakter anak sehingga dapat dengan mudah memberi
pendidikan kepada mereka. Kemudian menentukan program dan strategi pengajaran
yang akan diterapkan dalam sistem pengajaran. Sistem ini akan menentukan sukses
atau tidaknya program pendidikan yang akan dijalankan kepada anak tunadaksa.
Setelah itu, ketahui tingkat kemampuan dan kebutuhan
pendidikan anak. Hal ini untuk mengetahui seberapa jauh kebutuhan pendidikan
yang dibutuhkan oleh anak tunadaksa diukur dengan kemampuan yang mereka punya. Kemudian,
klasifikasi dan program-program penempatan anak. Maksudnya adalah program apa
yang tepat bagi anak tunadaksa agar mereka merasa nyaman dengan pendidikan yang
akan mereka terima atau dapatkan.
Yang terakhir yaitu perencanaan pengajaran
individual. Setelah pengajaran secara berkelompok (dalam kelas) berhasil,
kemudian merencanakan pengadaan pengajaran individual agar pendidikan yang diterima
anak tunadaksa ma-enjadi lebih terpusat dan fokus.
6. Prosedur Pendidikan
yang Akan Dilakukan
Assesmen dilakukan pada saat siswa mulai
masuk sekolah, dengan cara pengumpulan data-data yang dilakukan oleh pegawai
administrasi pada saat pendaftaran dengan cara mengisi form yang telah
disediakan tentang data anak dan orangtuanya.
Selanjutnya
dilakukan pemeriksaan medis dari tim medis yang terdiri dari dokter ahli anak
dan dokter ahli rehabilitasi. Pemeriksaan tingkat kecerdasan oleh psikolog, dan
pemeriksaan kemampuan akademiknya oleh pedadog.
Hasil assesmen
tersebut dikumpulkan pada case conference
yang dihadiri oleh semua tim dan orangtuanya untuk pengelompokan penempatan
dan penyusunan programnya.
Kegiatan belajar
dilaksanakan diruang sumber belajar yang ditata berdasarkan kurikulum, yaitu
sumber belajar mata pelajaran, program khusus dan muatan lokal. Kemudian
evaluasi dan tindak lanjut dilakukan oleh tim.
7. Prediksi Hasil yang Akan Diperoleh
Jika program dan teknik pendidikan
bagi anak tunadaksa berhasil, maka hasil yang akan diperoleh yaitu sumberdaya
manusia yang berkualitas. Dan jika sumberdaya manusia berkualitas, maka
pembangunan di Indonesia tidak akan memakan banyak waktu dan biaya karena manusia
yang berkualitas akan bisa memanajemen semuanya dengan teratur dan penuh
pertimbangan. Kemudian, hasil yang akan diperoleh
yaitu tidak ada lagi anak tunadaksa yang merasa dibedakan dengan ank normal
lainnya karena pendidikan juga sudah diperuntukkan bagi anak tunadaksa.